Crypto
Profesor Marketing Sebut Metaverse Facebook ‘Kantong Kotoran’ yang Bakal Gagal
Jiwa Cuan - Rencana induk Facebook, Meta, untuk membuat dunia virtual
Sejak tahun lalu, Facebook telah mengumumkan akan serius menggarap metaverse. Mereka bahkan mengganti nama perusahaan induknya jadi Meta dan mengeluarkan dana 10 miliar dolar AS untuk berinvestasi membuat dunia virtual tersebut.
Namun, profesor marketing dari New York University, Scott Galloway, memprediksi bahwa metaverse tidak akan menarik bagi publik. Strategi Mark Zuckerberg untuk mengembangkan dunia virtual pun disebut tidak masuk akal karena pertumbuhan pendapatannya lebih kecil ketimbang investasinya.
“Dia melakukan hal yang tepat secara strategis. Masalahnya adalah taktiknya tidak masuk akal. Orang-orang di alam semesta ini tidak terkesan dengan alam semesta yang dia bayangkan, dan khususnya portalnya,” kata Galloway dalam podcast Pivot yang diselenggarakan Vox pada pekan lalu.
Saya tidak berpikir mereka akan melakukannya. Saya pikir benda ini sudah menjadi kantong kotoran raksasa yang menyala.
- Scott Galloway, profesor marketing di New York University -
Meta sendiri kini tengah diterpa serangkaian isu negatif. Pada akhir tahun lalu, saat namanya masih Facebook, The Wall Street Journal melaporkan skandal Facebook Papers yang berisi ribuan halaman dokumen internal. Salah satunya terkait bagaimana Instagram memperburuk kondisi pengguna – khususnya bagi mereka yang remaja perempuan.
Pada awal tahun ini, Meta juga melaporkan bahwa pendapatannya pada kuartal ke-4 2021 akan berada di bawah proyeksi analis. Hal ini akibat penurunan pengguna harian dan pertumbuhan iklan yang lebih rendah dari perkiraan. Sejak awal tahun, harga saham Facebook di Nasdaq telah terkoreksi hingga lebih dari 31 persen.
Galloway bukanlah orang pertama yang memprediksi bahwa metaverse bakal gagal.
Sebelumnya, orang terkaya di dunia, Elon Musk, juga menyebut bahwa metaverse tidak menarik akibat perangkat VR yang merepotkan. Pencipta PlayStation, Ken Kutaragi, bahkan secara eksplisit menyebut metaverse tidak ada gunanya.
Di sisi lain, sejumlah raksasa teknologi masih percaya bahwa metaverse merupakan hal besar berikutnya bagi industri tersebut. Microsoft, misalnya, pada awal tahun ini membeli penerbit game Activision Blizzard untuk memperkuat fondasi metaversenya.
Istilah metaverse pertama kali muncul di novel Snow Crash yang terbit pada 1992. Di novel tersebut, orang bisa berjalan-jalan di dunia virtual dengan avatarnya sendiri untuk kabur dari realita distopia. Gambaran akhir metaverse, bagaimanapun, masih buram. Namun, kurang lebih dunia virtual ini akan mirip seperti game open world seperti Minecraft, Roblox, atau Fortnite.
Post a Comment
0 Comments