Jiwa CuanProf. Rhenald Kasali, seorang akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia mengungkap fenomena flexing yang terjadi di masyarakat.



Flexing adalah bentuk pencapaian diri dalam bentuk materi berlimpah namun, dipamerkan lewat sosial media dan pemberitaan.

Cara ini dilakukan seseorang dengan tujuan memberikan motivasi, branding, maupun tujuan lain.


Salah satu pepatah yang diingat Prof Rhenald Kasali adalah Poverty Screams but Wealth Whispers, menurutnya orang-orang kaya itu tidak berisik dan akan malu membicarakan kekayaan.

Baca Juga: Flexing Makan Korban

“Orang kaya itu biasanya diam-diam saja lah, semakin dia sederhana maka semakin saya was-was,” kata Prof. Rhenald Kasali dari kanal YouTube pribadinya pada Jumat 4 Februari 2022.

Seringkali yang dilihat belakangan ini adalah orang yang sedang memamerkan kekayaan dan menggunakan barang mewah untuk menunjukkan kehebatannya.

“Biasanya, semakin kaya seseorang maka mereka akan menginginkan privasi dan tidak ingin menjadi perhatian,” tuturnya.

Baca Juga: Ichal Muhammad Bongkar Sisi Gelap Trading

Dalam teori Consumer Behaviour, terdapat istilah Conspicuous Consumption yang artinya konsumsi yang sengaja ditunjukkan kepada orang lain.

Kebiasaan seperti ini dilakukan untuk membuat orang lain percaya dengan kekayaan yang dimilikinya seperti memiliki mobil yang mewah, rumah berlapis emas, dan ingin menunjukkan sebagai orang hebat.



“Jadi dengan harga yang tinggi, orang akan berpikiran, wah ini kualitasnya sangat bagus sekali,” ucapnya.

Belakangan di era sosial media yang berkembang saat ini, banyak orang yang muncul dan semua bisa menjadi orang terkenal melalui cara memamerkan kekayaan yang dimiliki.

Baca Juga: Alasan Pemerintah Blokir Platform Binary Option dan Robot Forex

“Kita juga banyak melihat banyak para YouTuber yang menggunakan kekayaan atau seakan-akan kaya, padahal sebelumnya mereka belum kaya,” ucapnya.

Prof. Rhenald Kasali memberi contoh beberapa selebriti TikTok dan selebgram yang kerap memamerkan kekayaan di setiap konten, menurutnya jika memang benar-benar ia kaya maka hal ini sesuai dengan prinsip Poverty Screams but Wealth Whispers.

Menurutnya cara seperti ini dilakukan untuk mendapat perhatian dari pengikutnya melalui sosial media contohnya anak-anak remaja yang pamer kekayaan saat membeli makanan dan pengusaha kosmetik yang juga melakukan hal yang sama.

“Rasanya kalaupun benar mestinya mereka lebih melihat hal ini sebagai privasi karena yang akan muncul selanjutnya adalah ucapan selamat dari Dirjen pajak,” tandasnya.